LINGKAR Organik menuju Zero Waste

Pengertian zero waste adalah tidak menghasilkan sisa - sampah, jelasnya dalam sinergi pertanian peternakan berkelanjutan diharapkan tidak ada produk yang terbuang. Semua proses produksi dan hasil produksi saling keterkaitan. Sinergi pertanian peternakan berkelanjutan dimaksudkan agar ada rotasi (perputaran) kebutuhan pupuk pertanian dan kebutuhan pakan ternak bisa terwujud dan tidak ada ‘hasil’ yang terbuang sebab semua termanfaatkan.

Dalam proses produksi peternakan dihasilkan, antara lain : daging, susu, kulit, bulu dan lain2. Di samping itu dihasilkan kotoran feces dan urine. Dua produk 'buangan' ini yang harus dimanfaatkan menjadi pupuk ataupun biogas.

Saat ini telah banyak berkembang teknologi pembuatan kompos memanfaatkan mikroorganisme pembantu yang telah terseleksi. Mikroorganisme tersebut banyak dijual di pasaran dengan berbagai merk dagang ataupun kita bisa membuat mikroorganisme lokal (MOL) untuk membantu proses pembuatan kompos tersebut.

Pemanfaatan pupuk feces dan urine ternak tersebut sekaligus mengurangi bahkan meniadakan penggunaan pupuk kimiawi yang telah jelas efek negatifnya.

Sedangkan dalam proses produksi pertanian, selain dihasilkan produk pertanian juga menyisakan 'sampah' pertanian semisal jerami, batang (rendeng) kedelai, rendeng kacang tanah dan lain2. Biasanya barang2 tersebut dibiarkan terbuang bahkan seringkali dibakar, padahal sebenarnya sangat baik dijadikan sebagai bahan pakan ternak lengkap, baik ternak ruminansia ataupun ternak unggas sebagai bahan serat pakan maupun asupan protein yang relatif sangat murah.

Bahan sisa agroindustri lain, semisal bungkil kelapa sawit, bungkil kedelai, onggok (ampas singkong), ampas tahu, ampas markisa, ampas nenas dan lain2 juga sangat potensial dijadikan sebagai bahan pakan ternak, khususnya pemanfaatan teknologi pakan fermentasi.

Teknologi pakan fermentasi tersebut jika dipraktekkan dengan benar, sebenarnya sangat membantu efisiensi peternak terhadap ketergantungan pakan hijauan yang semakin menipis, sekaligus peningkatan nutrisi kandungan pakan ternak tersebut, yang pada gilirannya mengurangi biaya produksi sekaligus meningkatkan pendapatan bagi peternak.

Keterpurukan peternak dan petani di Indonesia selama ini sebenarnya tidak saja karena banyak kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya berpihak kepada mereka, tetapi juga dibarengi tingkat pengetahuan dan pemahaman petani peternak tradisional yang belum memanfaatkan sumber alam hayati yang sebenarnya tersedia melimpah di sekitar kita tetapi terabaikan tidak termanfaatkan.

Jika praktek sinergi pertanian peternakan berkelanjutan ini dilakukan oleh pelaku pertanian peternakan dengan benar tentu tidak ada produk buangan (zero waste), semua termanfaatkan, dan pada gilirannya mampu meningkatkan hasil produksi sekaligus meningkatkan margin pendapatan. 

Hanya saja harus disadari dalam praktek pertanian peternakan organik perlu kesabaran, ketekunan, dan kearifan lebih dibanding praktek pertanian peternakan kimiawi yang biasanya 'langsung' terlihat hasilnya. Kearifan dan kesadaran semua pelaku pertanian peternakan bahkan idealnya semua penduduk bumi untuk selalu arif dan bijak dalam memberlakukan bumi.

0 komentar: