Sebenarnya limbah pertanian dan limbah agroindustri dapat dijadikan alternatif pakan yang murah dan potensial. Hal ini tentunya untuk mengatasi kelangkaan ketersediaan pakan hijauan ternak. Hanya saja diperlukan optimasi kandungan nutrisi pakan ternak tersebut. Teknologi
pakan lengkap (complete feed)
merupakan salah satu metode-teknik pembuatan pakan ternak yang digunakan untuk
meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri melalui
proses pengolahan dengan perlakuan fisik dan perlakuan suplementasi untuk
produksi pakan ternak ruminansia. Proses pengolahannya meliputi pemotongan
untuk merubah ukuran partikel bahan, pengeringan, penggilingan/penghancuran,
pencampuran antara bahan serat dan konsentrat yang berupa padatan maupun
cairan (proses fermentasi), serta pengemasan produk akhir.
PERMASALAHAN
Pada
industri ternak ruminansia (sapi, kambing dan domba) masalah yang sering dihadapi
para peternak adalah yang berkaitan dengan ketersediaan sumber hijauan, khususnya
selama musim kemarau. Tidak jarang untuk mencukupi pakan hijauan para peternak
harus menjual ternak lainya untuk biaya membeli hijauan. Kondisi yang lain adalah
seringnya terjadi percekcokan/pertengkaran antara penduduk desa karena ternak
yang digembalakan merusak tanaman tetangganya. Pencurian rumput dan daun-daun
pohon selama musim kemarau sering terjadi di daerah sekitar areal perkebunan
atau kehutanan, sehingga kehadiran ternak dirasakan mengganggu kelestarian
lingkungan.
Sementara
itu potensi limbah pertanian dan limbah agroindustri untuk bahan baku pakan
cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar
limbah-limbah tersebut digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik dan bahan
baku industri dan sebagian besar masih terbuang atau dibakar karena mengganggu
lingkungan.
Pakan
ternak merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak banyak ditentukan
oleh pakan yang diberikan. Kenyataan di lapangan menunjukan masih banyak
peternak yang memberikan pakan tanpa memperhatikan persyaratan kualitas,
kuantitas dan teknik pemberiannya. Akibatnya produktivitas ternak yang
dipelihara tidak optimal, bahkan diantara peternak banyak yang mengalami
kerugian akibat pemberian pakan yang kurang tepat. Kelemahan ini sudah lama
disadari, namun sayangnya upaya swasembada sapronak utamanya pakan masih belum
menggembirakan. Kuncinya terletak pada aspek bahan baku pakan sehingga
pemecahannya antara lain melalui upaya swasembada bahan baku pakan dan upaya
memperbaiki mutu pakan yang bersumber dari bahan lokal.
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Hasil-hasil
penelitian menunjukan bahwa sekitar 70% dari produktivitas ternak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, sedangkan faktor genetik hanya mempengaruhi sekitar 30%
saja. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh
paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukan bahwa walaupun potensi
genetik ternak itu tinggi, tetapi apabila pakan kualitasnya rendah, maka prokduktivitas yang optimal tidak akan tecapai. Di samping pengaruhnya yang besar
terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi yang
terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi.
Dengan demikian, memproduksi pakan bukan hanya dituntut dalam mencapai aspek
kualitas saja, tetapi yang lebih penting adalah memproduksi pakan yang
ekonomis, murah, dan
terjangkau oleh kemampuan peternak [Siregar, 1994]. Dengan pengembangan
sub-sistem agribisnis hulu seperti industri agroinput yang menghasilkan produk
pakan ternak merupakan salah satu pendukung dalam pengembangan agribisnis
peternakan yang secara langsung akan membantu memecahkan permasalahan para
peternak dalam hal pengadaan input produksi.
Pemanfaatan
limbah agroindustri di waktu-waktu mendatang akan semakin beragam, tidak hanya
untuk digunakan langsung dan ekspor tetapi juga sebagai bahan baku industri
pengolahan serta industri pakan ternak. Diversifikasi pemanfaatan produk
samping (by-product) yang sering
dianggap sebagai limbah (waste product)
dari kegiatan agroindustri dan biomas yang berasal dari limbah pertanian
menjadi pakan ternak akan mendorong perkembangan usaha agribisnis ternak
ruminansia secara integrative dalam suatu system produksi terpadu dengan pola
pertanian melalui daur ulang biomas yang ramah lingkungan atau dikenal dengan
konsep “zero waste production system”.
Salah satu alternatif teknologi yang berorientasi pada konsep “zero waste” adalah pembuatan pakan
lengkap (complete feed) dengan
memanfaatkan limbah pertanian dan limbah agroindustri sebagai bahan
bakunya.
BAHAN BAKU
PAKAN LENGKAP
Beberapa
contoh bahan baku pakan lengkap yang digunakan yang berasal dari limbah
pertanian dan limbah agroindustri disajikan pada tabel berikut :
No
|
Limbah Pertanian
|
Limbah Agroindustri
|
1
|
Pucuk tebu
|
Ampas tebu
|
2
|
Daun tebu
|
Onggok
|
3
|
Jerami kedele
|
Tumpi jagung
|
4
|
Jerami kacang tanah
|
Dedak padi
|
5
|
Janggel jagung
|
Bungkil klenteng
|
6
|
Klobot jagung
|
Bungkil sawit
|
7
|
Kulit kopi
|
Bungkil kopra
|
8
|
Bulu unggas
|
Bungkil kacang tanah
|
9
|
Kulit polong kedele
|
Ampas kecap
|
10
|
Kulit telor
|
Wheat polard
|
11
|
Kulit kacang tanah
|
Empok jagung
|
12
|
Kulit biji kedele
|
Tetes tebu
|
13
|
Kulit coklat
|
Tepung terigu afkir
|
14
|
Jerami padi
|
Ampas tahu
|
15
|
Kulit nanas
|
Ampas pabrik roti
|
Dari
aspek kualitas, jenis limbah pertanian yang potensial adalah jerami tanaman
serelia, sedangkan dari aspek produksinya adalah jerami padi, pucuk tebu dan
daun tebu. Namun kualitas jerami padi dan jerami tebu tergolong rendah hal ini
disebabkan antara lain kandungan lignin dan selulosenya yang tinggi.
Pakan lengkap dibuat dari bahan-bahan limbah pertanian sebagai
sumber seratnya seperti daun tebu, kulit kacang tanah, jerami kedele, tongkol
jagung, pucuk tebu dan lain-lain. Ditambah limbah agroindustri sebagai sumber
energi yaitu polard (limbah gandum), dedak padi, tetes/molasses, onggok (limbah
tapioca) dan lain-lain. Bahan-bahan sumber protein seperti bungkil kopra,
bungkil sawit, bungkil minyak biji kapuk/randu dan urea. Dilengkapi dengan
bahan sumber mineral seperti garam dapur, zeolit, tepung tulang dan lain-lain.
FORMULA
PAKAN LENGKAP
Dalam
menyusun formula pakan lengkap harus diperhitungkan nutrisi dari masing-masing
bahan baku, serta kebutuhan nutrisi ternak. Komposisi nutrisi disesuaikan
dengan kebuttuhan zat nutrisi ternak masing-masing misalnya komposisi nutrisi
untuk ternak penggemukan akan berbeda dengan komposisi ternak pembibitan atau
pembesaran.
Komposisi
nutrisi pakan lengkap (complete feed)
untuk pembibitan dan penggemukan ternak ruminansia
No
|
Jenis pakan
|
KA
|
BK
|
PK
|
SK
|
KAb
|
BETN
|
TDN
|
1
|
Pembibitan
|
12
|
88
|
8,4
|
18
|
6,8
|
60,2
|
64,2
|
2
|
Penggemukan
|
12
|
88
|
13,0
|
18
|
8,7
|
51,8
|
64,4
|
Sebagai
acuan dalam membuat/memformulasikan pakan lengkap untuk ternak ruminansia dapat
dilihat komposisi pakan lengkap untuk pembibitan dan penggemukan yang
dicantumkan pada tabel
di atas.
Faktor
yang perlu diperhatikan dalam memformulasikan pakan lengkap yang dibuat dari
limbah pertanian dan limbah agroindustri adalah imbangan antara kandungan serat
kasar dan energi. Kontrol kualitas pakan yang paling terpercaya adalah uji
biologis langsung ke ternaknya, namun untuk cepatnya dapat ditempuh dengan uji
fisik dan kimiawi di laboratorium makanan ternak secara analisisi proksimat.
Contoh :
No
|
Bahan Pakan
|
Prosentase
|
1
|
Jerami
Kedelai
|
20 %
|
2
|
Pucuk
tebu
|
10 %
|
3
|
Janggel
jagung
|
10 %
|
4
|
Kulit
kacang tanah
|
10 %
|
5
|
Ampas
tebu
|
5 %
|
6
|
Dedak
|
5 %
|
7
|
Gamblong
|
15 %
|
8
|
Katul
halus
|
15 %
|
9
|
Tetes
|
2,5 %
|
10
|
Urea
|
1 %
|
11
|
Kotoran
ayam ras
|
4 %
|
12
|
Garam
dapur
|
1 %
|
13
|
Tepung
Tulang
|
0,5 %
|
14
|
Stimulan
probiotik
|
1 %
|
|
Total
|
100 %
|
No
|
Bahan Pakan
|
Prosentase
|
1
|
Gamblong/onggok
|
20 %
|
2
|
Dedak
padi
|
15 %
|
3
|
Kulit
kopi
|
5 %
|
4
|
Pith (ampas tebu)
|
8 %
|
5
|
Katul
halus
|
10 %
|
6
|
Bungkil
sawit
|
12 %
|
7
|
Bungkil
kelapa
|
17 %
|
8
|
Tetes
|
7,5 %
|
9
|
Garam
dapur
|
0,5 %
|
10
|
Konsentrat
|
5 %
|
|
Total
|
100 %
|
PROSESING
Teknologi
pengolah limbah pertanian dan limbah agroindustri menjadi pakan lengkap
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kedua limbah tersebut
dengan metode prosesing yang terdiri dari :
- Perlakuan
pencacahan (chopping) untuk
merubah ukuran partikel dan melunakan tekstur bahan agar konsumsi ternak
lebih efisien.
- Perlakuan
pengeringan (dryng) dengan panas
sinar matahari atau dengan alat pengeringan untuk menurunkan kadar air
bahan.
- Proses
pencampuran (mixing) dengan
menggunakan alat pencampuran (mixer
horizontal) dan perlakuan penggilingan dengan alat giling yang disebut
“Hammer Mill” dan terakhir
proses pengemasan.
CARA
PEMBUATAN
- Bahan-bahan
sumber serat dipotong-potong dengan alat pemotong (chopper) berukuran
kecil (0,2 – 0,4 cm), kemudian dikeringkan dengan menggunakan pemanasan
(dryer) sampai dengan kadar air 10 – 12 %
- Bahan-bahan
sumber serat dan sumber energi serta protein dicampur dalam alat
pecampuran/mixer horizontal bersama dengan larutan tetes/molasses sampai
merata.
- Seluruh
bahan-bahan campuran tersebut selanjutnya digiling dengan menggunakan
hammer mill dan ditambahkan dengan starter-bioaktivator, garam dapur dan tepung tulang
sampai ukuran partikelnya kecil dan tercampur secara merata untuk memperkaya nutrisi pakan ternak. Apabila telah
tercampur maka bahan-bahan tersebut dikemas ke dalam karung yang sudah
disiapkan dengan ukuran berat sesuai dengan yang diinginkan.
Pembuatan
pakan lengkap perlu dilakukan oleh suatu lembaga atau wadah kelompok tani yang
selanjutnya mendistribusikan ke anggotanya.
Keunggulan
pakan lengkap buatan kelompok tani
diantaranya :
- Harganya lebih murah dengan kuallitas standar karena menggunakan bahan baku lokal.
- Mudah dalam distribusi karena jarak antara tempat prosesing dengan lokasi peternak lebih dekat.
- Memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pakan komersial buatan pabrik skala industri besar, karena lebih efisien dalam biaya produksi dan biaya transportasi.
- Merupakan embrio usaha di bidang agroinput di pedesaan dengan skala komersial yang asetnya dimiliki oleh masyarakat untuk pengembangan dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM).
0 komentar:
Posting Komentar