LINGKAR Organik | Sinergi Pertanian Peternakan Berkelanjutan

Pertanian-peternakan organik (agroorganik), sinergi pertanian - peternakan berkelanjutan menuju pertanian - peternakan bebas pupuk - pestisida kimia yang berefek negatif dan berbiaya tinggi.

LINGKAR Organik menuju Zero Waste

Pengertian zero waste adalah tidak menghasilkan sisa - sampah, jelasnya dalam sinergi pertanian peternakan berkelanjutan diharapkan tidak ada produk yang terbuang.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Nutrisi Tanaman, unsur makro dan mikro

Nutrisi tanaman menjadi sangat vital bagi pertumbuhan tanaman. Pemahaman pengetahuan tentang nutrisi tanaman ini sangat berguna bagi para pelaku pertanian.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 6 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Teknologi Pakan Ternak Lengkap

Teknologi pakan lengkap (complete feed) merupakan salah satu metode-teknik pembuatan pakan ternak yang digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri.

This is default featured slide 8 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

LINGKAR Organik menuju Zero Waste

Pengertian zero waste adalah tidak menghasilkan sisa - sampah, jelasnya dalam sinergi pertanian peternakan berkelanjutan diharapkan tidak ada produk yang terbuang. Semua proses produksi dan hasil produksi saling keterkaitan. Sinergi pertanian peternakan berkelanjutan dimaksudkan agar ada rotasi (perputaran) kebutuhan pupuk pertanian dan kebutuhan pakan ternak bisa terwujud dan tidak ada ‘hasil’ yang terbuang sebab semua termanfaatkan.

Dalam proses produksi peternakan dihasilkan, antara lain : daging, susu, kulit, bulu dan lain2. Di samping itu dihasilkan kotoran feces dan urine. Dua produk 'buangan' ini yang harus dimanfaatkan menjadi pupuk ataupun biogas.

Saat ini telah banyak berkembang teknologi pembuatan kompos memanfaatkan mikroorganisme pembantu yang telah terseleksi. Mikroorganisme tersebut banyak dijual di pasaran dengan berbagai merk dagang ataupun kita bisa membuat mikroorganisme lokal (MOL) untuk membantu proses pembuatan kompos tersebut.

Pemanfaatan pupuk feces dan urine ternak tersebut sekaligus mengurangi bahkan meniadakan penggunaan pupuk kimiawi yang telah jelas efek negatifnya.

Sedangkan dalam proses produksi pertanian, selain dihasilkan produk pertanian juga menyisakan 'sampah' pertanian semisal jerami, batang (rendeng) kedelai, rendeng kacang tanah dan lain2. Biasanya barang2 tersebut dibiarkan terbuang bahkan seringkali dibakar, padahal sebenarnya sangat baik dijadikan sebagai bahan pakan ternak lengkap, baik ternak ruminansia ataupun ternak unggas sebagai bahan serat pakan maupun asupan protein yang relatif sangat murah.

Bahan sisa agroindustri lain, semisal bungkil kelapa sawit, bungkil kedelai, onggok (ampas singkong), ampas tahu, ampas markisa, ampas nenas dan lain2 juga sangat potensial dijadikan sebagai bahan pakan ternak, khususnya pemanfaatan teknologi pakan fermentasi.

Teknologi pakan fermentasi tersebut jika dipraktekkan dengan benar, sebenarnya sangat membantu efisiensi peternak terhadap ketergantungan pakan hijauan yang semakin menipis, sekaligus peningkatan nutrisi kandungan pakan ternak tersebut, yang pada gilirannya mengurangi biaya produksi sekaligus meningkatkan pendapatan bagi peternak.

Keterpurukan peternak dan petani di Indonesia selama ini sebenarnya tidak saja karena banyak kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya berpihak kepada mereka, tetapi juga dibarengi tingkat pengetahuan dan pemahaman petani peternak tradisional yang belum memanfaatkan sumber alam hayati yang sebenarnya tersedia melimpah di sekitar kita tetapi terabaikan tidak termanfaatkan.

Jika praktek sinergi pertanian peternakan berkelanjutan ini dilakukan oleh pelaku pertanian peternakan dengan benar tentu tidak ada produk buangan (zero waste), semua termanfaatkan, dan pada gilirannya mampu meningkatkan hasil produksi sekaligus meningkatkan margin pendapatan. 

Hanya saja harus disadari dalam praktek pertanian peternakan organik perlu kesabaran, ketekunan, dan kearifan lebih dibanding praktek pertanian peternakan kimiawi yang biasanya 'langsung' terlihat hasilnya. Kearifan dan kesadaran semua pelaku pertanian peternakan bahkan idealnya semua penduduk bumi untuk selalu arif dan bijak dalam memberlakukan bumi.

Nutrisi Tanaman, Unsur Makro dan Mikro


Nutrisi tanaman menjadi sangat vital bagi pertumbuhan tanaman. Pemahaman pengetahuan tentang nutrisi tanaman ini sangat berguna bagi para pelaku pertanian. Sayangnya, tingkat pemahaman pengetahuan nutrisi tanaman ini masih relatif sangat minim dimiliki oleh para pelaku pertanian (petani), sehingga optimasi hasil produksi menjadi terhambat. Di sisi lain karena mengejar optimasi produksi, efisiensi produksi seringkali terabaikan yang pada gilirannya praktek pertaniannya menjadi berbiaya tinggi dan tidak lagi profitable.
Kenyataan di atas yang kemudian menjadi salah satu sebab bidang pertanian menjadi bidang yang dianggap tidak menjanjikan secara finansial. Negeri ini yang sebenarnya dianugerahi tanah yang subur kemudian banyak ditinggalkan para pelaku pertanian dan digantikan dengan praktek industri yang seringkali mencemari dan merusak struktur kesuburan tanah itu sendiri.
Pemahaman pengetahuan nutrisi tanaman sangat berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi dan optimasi hasil produksi. Dalam hal ini pemahaman pengetahuan sumber bahan organik yang sebenarnya tersedia melimpah di sekitar kita juga akan melengkapi efisiensi dan optimasi produksi tersebut.
Yang tak kalah penting adalah pemahaman pengetahuan kondisi dasar tanah yang ditempati dan digarap oleh pelaku pertanian tersebut, antara lain kondisi dasar tanah yang meliputi jenis tanah liat, berpasir, remah dan sebagainya. Bagaimana pH tanahnya, termasuk jenis tanah netral, basa atau asam. Sebab pemahaman tersebut nantinya berpengaruh terhadap perlakuan dan unsur2 yang perlu ditambahkan ke dalam tanah tersebut.
Ibarat manusia, tanaman pun memerlukan makanan pokok dan makanan tambahan. Nutrisi tanaman terbagi dalam dua kategori, yakni elemen makro sebagai makanan pokok, dan elemen mikro sebagai makanan tambahan (pelengkap).

A.  ELEMEN MAKRO

Elemen atau unsur makro adalah unsur yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang besar untuk melaksanakan/mempunyai  fungsi yang sangat penting  dalam tubuh tanaman, adapun unsur/elemen makro adalah sebagai berikut :
1.         Nitrogen (N)
Sebagai unsur kimia dan komponen utama yang penting dalam tanaman, protoplasma sel mempunyai kandungan nitrogen yang tinggi, dan juga merupakan unsur pokok protein, asam amino, almida dan alkolida. Klorophil juga mempunyai unsur nitrogen, jika dalam keadaan dibawah optimal ada kecendrungan nitrogen akan ditransfer ke jaringan yang lebih muda, yang secara fisiologis merupakan daerah aktif titik tumbuh.
Nitrogen merupakan hara makro yang paling esensial bagi pertumbuhan vegetatif tanaman.  Kekurangan unsur ini akan berakibat tanaman tumbuh  kerdil, pertumbuhan akan terhambat, daun-daun kuning (kurang memiliki arti produksi).  Bahan organik merupakan sumber utama N dalam tanah dan ketersediaannya dipengaruhi oleh ratio antara C dan N.  Sebagian besar N tanah terikat dalam bentuk organik dan sebagian kecil dalam bentuk anorganik.  N  organik tidak dapat diserap oleh tanaman. Tanaman menyerap Nitrogen dalam bentuk Amonium (NH4) dan Nitrat (NO3). N dalam tanah dapat berkurang atau hilang melalui pencucian, penguapan dan diserap oleh tanaman. Pengaruh kegiatan pengusahaan hutan terhadap kadar  N-total dapat terjadi melalui berkurangnya kadar bahan organik, meningkatnya proses pencucian dan erosi serta perubahan sifat kimia tanah.
2.         Fosfor (P)
Fosfor adalah komponen asam nukleat, yang berfungsi untuk mengatur proses perkembangan, defisiensi unsur ini akan menghambat pertumbuhan, dan juga mempengaruhi pertumbuhan akar. Fosfor juga merupakan komponen berbagai system fisiologis yang berhubungan dengan nutrisi dan respirasi dan juga mempengaruhi pemasakan buah, dan elemen ini dibutuhkan dalam jumlah yang cukup untuk efisiensi penggunaan nitrogen.
Bagi tanaman, Fosfor (P) merupakan unsur hara makro esensial kedua setelah Nitrogen.  Unsur ini sering ditambahkan ke dalam tanah sebagai pupuk, karena pada umumnya tanah-tanah di Indonesia khususnya pada lahan-lahan marginal memiliki kandungan P yang sangat rendah. P dalam bentuk P organik dapat  dibebaskan menjadi bentuk anorganik melalui proses dekomposisi sehingga dapat diserap oleh tanaman.  Bentuk P anorganik dalam tanah jumlahnya sedikit dan sukar larut dalam air. Kadar P-total pada areal calon lokasi Perkebunan berkisar antara  1,15 mg/100 g - 5,49 mg/100 g, tergolong sangat rendah.
Fosfor mempunyai peranan penting dalam pemecahan karbohidrat dan makanan lainnya yang dihasilkan akibat proses fotosintesis dalam tanaman. Kekurangan fosfor akan menghambat fotosistesis dan membatasi kemampuan tanaman untuk memproduksi karbohidrat, peranan fosfor dalam proses pertumbuhan tanaman sebagai berikut :
a.         Stimulasi pertumbuhan awal akar dan perkembangannya
b.         Mempercepat tanaman untuk menghasilkan
c.          Produksi buah dan biji.
3.         Kalium (K)
Seperti halnya N dan P, unsur Kalium (K) juga merupakan unsur makro esensial bagi tanaman.  Secara umum unsur ini bersama unsur N dan P menentukan tingkat produksi tanaman.  Gejala kekurangan K pada tanaman berakibat pinggir daun berwarna coklat, tanaman kerdil dan daun tua menguning.  Sumber K dalam tanah umumnya ditemukan dalam bentuk mineral yang kompleks.  Bentuk tersebut mudah berubah bila tercuci oleh air yang mengandung CO2  atau asam-asam lainnya.  Sebagian besar kandungan K dalam tanah berasal dari pelapukan batuan yang mengandung K seperti mika dan feldspar (menghasilkan ion K bagi tanaman).
Kalium mempunyai pengaruh dalam proses fisiologi antara lain :
a.         Pembelahan sel,
b.         Formasi fotosintesis dari karbohidrat,
c.          Reduksi nitrat dan mengubah hasil sistesis menjadi protein,
d.         Aktifitas enzim.
4.         Magnesium (Mg)
Sebagai salah satu komponen dari sejumlah system enzym, magnesium juga mempunyai fungsi vital dalam pembentukan klorophil.
Fungsi Magnesium dalam tanaman adalah sebagai berikut :
a.         Bagian essential dari klorophil,
b.         Mengatur pengambilan unsur hara tanaman lainnya,
c.          Sebagai pembawa fosfor dalam tanaman,
d.         Membantu pembentukan minyak dan lemak dll.
5.         Sulfur (S)
Sulfur sangat penting dalam pembentukan minyak pada tanaman, seperti halnya sulfur dan nitrogen, adalah pembentuk asam amino.
Sulfur sangat mirip dengan Nitrogen jika dibandingkan dengan nutrient essensial tanaman lainnya, dan kekurangan unsur sulfur pun sangat mirip dengan dengan defensiensi nitrogen.
6.         Kalsium (Ca)
Fungsi utama dari kalsium adalah sebagai komponen dinding sel. Dinding sel ini mempunyai daerah meristimatik dan ini sangat penting untuk pertumbuhan akar yang baik, dalam fisiologi sel kalsium cenderung mengatur atau menghambat aktivitas kalium, dan kalsium dapat juga mempengaruhi penyerapan nitrogen
Fungsi Kalsium dalam tanaman adalah sebagai berikut :
  1. Meningkatkan pembentukan awal akar dan pertumbuhan
  2. Meningkatkan kekuatan tanaman secara umum
  3. Mempengaruhi jumlah pegambilan bahan makanan pada tanaman
  4. Menetralisasi produksi racun dalam tanaman.
  5. Meningkatkan produksi biji dan benih
  6. Meningkatkan kandungan kalsium makanan.

B.   ELEMEN MIKRO

Elemen mikro atau mikronutrien adalah elemen yang penting, dan dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan kecil untuk menjalankan fungsinya yang penting dalam tubuh tanaman. Beberapa fungsi elemen mikro dalam system enzyme tanaman sebagai elemen pembentuk anion (Boro dan Molibdenum) juga pembentuk unsur kation (tembaga). Beberapa diantaranya dalam proses oksidasi – reduksi dalam metabolisme tanaman, dan beberapa diantara lainnya dibutuhkan dalam memproduksi klorophil.

Unsur mikro diantaranya adalah sebagai berikut :

1.        Mangaan (Mn)
Fungsi umumnya adalah sebagai katalis untuk berbagai system enzyme. Mangaan bersifat antagonistic dengan besi, jumlah berlebihan dari salah satu unsur akan menyebabkan munculnya gejala defisiensi dari unsur lainnya, tetapi interaksi elemen ini dengan mikronutrien lainnya mungkin menguntungkan.

2.        Besi (Fe)
Klorosis karena defisiensi zat besi pada tanaman menunjukan fungsi elemen ini dalam pembentukan klorophil, walaupun bukan elemen pembentuk yang sebenarnya, zat besi juga berfungsi sebagai katalis dalam sistem enzym pernapasan dan oksidasi, dan terlibat dalam reduksi nitrate menjadi amonia. Secara umum pergerakan dan kelarutan dalam tanaman adalah terbatas, terutama jika jumlah Mangaan dan Fosfor tinggi, jumlah kalium rendah dan cahaya yang sangat terang.

3.        Seng (Zn)
Seng dibutuhkan untuk metabolisme protein dan berperan dalam pembentukan klorophil.

4.        Tembaga (Cu)
Tembaga penting sebagai koenzym yang dibutuhkan untuk mengaktifkan beberapa enzym tanaman, juga terlibat dalam pembentukan klorophil. Penyerapan tembaga berlawanan dengan penyerapan zat besi. Jumlah tembaga yang terlalu kecil menyebabkan zat besi terakumulasi dalam tanaman, dan jumlah tembaga yang terlalu banyak menyebabkan gejala klorosis yang terjadi hampir disetiap pertumbuhan baru, karena tembaga relatif tidak mobil.

5.        Molibdenum
Molibdenum penting dalam simbiosis fiksasi nitrogen dalam reduksi nitrogen nitrat menjadi bentuk amino, oleh sebab itu defisiensi molibdenum dapat menyebabkan defisiensi nitrogen dalam tanaman.

6.        Boron
Banyak pertumbuhan vegetatif yang abnormal disebabkan defisiensi boron, dan jika kelebihan elemen ini menunjukan gejala keracunan, interaksi elemen ini dengan elemen mikro lainnya dimana ada ketidak seimbangan dapat mengganggu perkembangan bibit.

Pemahaman pengetahuan tambahan lain yang perlu diketahui, antara lain :
  • Reaksi tanah (pH) merupakan indikasi yang menggambarkan tingkat kemasaman atau alkalinitas tanah.  Nilai ini berpengaruh pada mudah tidaknya unsur-unsur hara tersedia atau diserap oleh tanaman, adanya unsur beracun bagi tanaman dan aktivitas organisme.  Reaksi tanah yang masam mengakibatkan terjadinya pengikatan P oleh Al dan meningkatkan kelarutan Al yang bersifat racun bagi tanaman, serta tidak tersedianya unsur Boron (B) yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman,
  • Perbedaan kadar bahan organik pada masing-masing jenis kegiatan dapat disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik awal, faktor topografi, intensitas pelapukan dan erosi yang terjadi.
  • Kapasitas tukar kation suatu jenis tanah adalah kemampuan tanah untuk menyerap kation-kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid-koloid tanah yang bermuatan negatif.  Nilai KTK berkaitan erat dengan  kesuburan tanah, dimana tanah dengan nilai KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan nilai KTK rendah. Besarnya KTK sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis liat, serta humus tanah. 
  • Aluminium (Al) dalam tanah dapat menimbulkan hambatan bagi pertumbuhan  tanaman secara langsung maupun tidak langsung.  Secara langsung tingginya kadar Al dalam tanah dapat meracuni tanaman, sedangkan secara tidak langsung Al dapat sebagai pensuplai ion H yang pada akhirnya mempengaruhi pH tanah sehingga pH rendah dan mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara.  Al yang tinggi juga dapat mengikat unsur-unsur lain seperti Pospor (P) dan Boron (B) sehingga tidak tersedia bagi tanaman.


Pakan Ternak Ruminansia


Pakan ternak ruminansia (sapi, domba, kerbau) yang memenuhi standar Pakan Ternak Lengkap sebenarnya tersedia melimpah di sekitar kita, baik sumber pakan hijauan ataupun bahan sisa pertanian dan limbah agroindustri, semisal bungkil kedelai, ampas tahu, ampas singkong dan lain2. Eksplorasi bahan2 tersebut perlu lebih sering dilakukan mengingat ketersediaan pakan hijauan ternak semakin terbatas, disamping alasan efektivitas dan efisiensi ketersediaan pakan ternak rumminansia itu sendiri.

Ternak ruminansia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengkonversikan bahan pakan yang berkualitas rendah menjadi produk hasil ternak yang berkualitas tinggi. Kemampuan ini karena adanya mikroorganisme yang yang berada dalam rumen ternak tersebut yang mampu memanfaatkan bahan pakan yang berserat kasar tinggi menjadi sumber energi. Perombakan serat ini dilakukan oleh bakteri sellulolitik dengan bantuan enzym sellulase yang dihasilkannya.

Ternak ruminansia pada dasarnya mampu memanfaatkan protein berkualitas rendah menjadi sumber protein yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Berbeda dengan unggas, ternak ruminansia mampu memanfaatkan sumber Nitrogen dari bahan baku yang mengandung nitrogen seperti halnya urea, ammonia, biuret diubah menjadi protein mikrobial yang memiliki kualitas yang lebih tinggi untuk diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh ternak.

Dalam pembuatan konsentrat ternak ruminansia domba - sapi kualitas protein bahan tidak mutlak, mengingat adanya kemampuan bakteri rumen yang mampu menyediakan sumber protein yang dapat mencukupi kebutuhan ternak. Hal ini dapat maksimal bila domba - sapi mengkonsumsi ransum yang betul betul diperhitungkan zat-zat makanan yang dapat menstimulir pertumbuhan dan perkembangan populasi mikroba dalam rumen, sehingga mampu mencerna secara maksimal semua pakan yang dikonsumsi.

Walaupun sebenarnya ternak ruminansia mempunyai kemampuan yang baik dalam mengkonversi pakan, tetapi para peternak modern saat ini banyak memberikan pakan fermentasi sebagai bagian dari Pakan Ternak Lengkap. Pembuatan pakan fermentasi sebenarnya 'meniru' proses fermentasi yang terjadi dalam rumen ternak ruminansia. Ibaratnya sebagai sebuah pakan instan, sehingga ketika pakan fermentasi ini diberikan kepada ternak, maka konversi pakan menjadi pertumbuhan ternak tersebut terjadi lebih cepat.

Bahan yang umum digunakan dalam pembuatan konsentrat domba - sapi pada umumnya relatif lebih rendah harganya dibandingkan harga bahan untuk unggas. Ketersediannya didalam negeri cukup terjamin, dari berbagai percobaan dilapangan telah banyak limbah pertanian dan hasil ikutan pabrik yang dapat digunakan sebagai pakan domba -sapi, antara lain ampas tahu, bungkil kedelai, ampas singkong, biji kapuk, ampas nenas, bungkil sawit dan lain-lain.

Agar konsentrat yang kita buat dapat memberikan hasil yang maksimal, kita harus mengetahui riwayat perlakuan pada bahan sebelumnya, berapa besar batasan penggunaan bahan. Hal ini disebabkan adanya faktor pembatas yang akan mengakibatkan tidak disukainya oleh ternak (palatabilitas rendah), kecernaan jadi menurun  dan pada gilirannya akan menurunkan konversi pakan.

Juga perlu dipertimbangkan kandungan  nutrisi lengkap yang meliputi sumber protein, karbohidrat, serat dan mineral bagi asupan pakan ternak ruminansia tersebut.

Ukuran partikel konsentrat pakan ternak ruminansia ini berbeda-beda berdasarkan kebiasaan dalam pemberian pakannya. Para peternak sapi perah menghendaki agar tekstur konsentrat lembut dengan ukuran saringan (srceen) 4 mm. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan pemberian pakan yang dicampur air (dikombor). 

Untuk ternak domba-kambing ukuran partikelnya juga lebih kecil dan tekstur lebih lembut dibanding sapi, mengingat bentuk fisiologi rumen domba-kambing lebih kecil kemampuannya mencerna pakan dibanding sapi. Sebagai contoh bungkil sawit masih cocok diberikan kepada ternak sapi tetapi kurang baik diberikan kepada domba-kambing, sebab di dalam bungkil sawit terkandung bathok sawit yang bertekstur keras.

Ukuran partikel pakan ternak ruminansia hendaknya dibuat ralatif seragam, sehingga penggunaan mesin pencacah (chopper) dengan penyaring ukuran partikel sangat dibutuhkan. hal ini dimaksudkan ketika proses pembuatan pakan fermentasi tersebut bahan pakan akan relatif tercampur merata. Dan ukuran partikel yang seragam tersebut pada dasarnya juga mempercepat proses fermentasi.

Pemberian pakan dalam keadaan basah dalam beberapa kasus sebetulnya kurang baik, mengingat konsentrat yang tersisa dalam bak pakan akan menjadi asam dan menjadi sumber penyakit (tumbuhnya bakteri pathogen) yang dapat menyebabkan ternak sakit.

Kebiasaan pemberian pakan di Feedlot (tempat penggemukan domba - sapi) dimana pemberian konsentrat diberikan dalam jumlah yang banyak 70 sampai 80% dari total konsumsi, pemberian dalam bentuk kering lebih praktis dan menghemat tenaga kerja, tetapi biasanya harus disediakan tempat minum secara khusus. 

Dengan ketersediaan Pakan Ternak Ruminansia yang memenuhi standar Pakan Ternak Lengkap, maka efektifitas dan efisiensi ternak ruminansia diharapkan lebih terjamin, yang pada akhirnya juga memberi jaminan margin profit yang signifikan ...


Sumber : MODUL PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA TERNAK, KODE MODUL SMKP2K01-02BTE, DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL, PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK, DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

Jenis Penyakit Kambing Domba


Perlu pengetahuan dan pemahaman jenis penyakit yang sering menyerang ternak kambing - domba. Pengetahuan dan pemahaman tersebut meliputi pengenalan, pencegahan dan penanganan (pengobatan) penyakit tersebut. Ada beberapa jenis penyakit yang sekedar mengganggu produktivitas, menghambat pertumbuhan, dan tragisnya beberapa mampu menyebabkan kematian. Beberapa jenis penyakit tersebut antara lain :
Bloating (Kembung)
Kambing yang terserang ini biasanya dikarenakan terlalu banyak memakan pakan hijauan terutama rumput yang masih muda atau rumput yang berembun (basah), sehingga akan menimbulkan gas dalam perut. Kambing yang terserang penyakit ini memiliki beberapa gejala klinis, antara lain (1) perut kembung, bila diraba terasa keras dan merasa sakit; (2) sulit buang kotoran; (3) jika berbaring kambing mengalami kesulitan untuk berdiri kembali. 
Program pengendalian yang biasa dilakukan, di antaranya adalah mencegah agar kambing tidak memakan rumput muda atau basah (masih mengandung gas nitrogen), pakan hijauan dilayukan terlebih dahulu, tidak digembalakan pada pagi hari. 
Beberapa cara penganganan kambing - domba kembung antara lain :
  • Tempe bosok plus gula merah diblender,
  • Minyak goreng 200 cc (1 gelas),
  • Kopi kentel hangat2 kuku,
  • Air degan ijo,
  • Air minum berkarbonasi.
Pilih salah satu dari yang di atas kemudian diminumkan setelahnya masukkan selang kecil di duburnya, kaki depan buat lebih tinggi kemudian diurut perutnya dari bawah ke atas, hingga keluar gas yang berbau (dari dubur atau pun dari mulutnya)


Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK) atau Apthae Epizootica (AE)
Penyebab penyakit ini adalah virus dan menular melalui kontak langsung melalui air kencing, susu, air liur, dan benda lain yang tercemar virus AE. Gejala klinis penyakit ini di antaranya adalah (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau teracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menururn bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan. Pengendalian penyakit ini dengan cara vaksinasi serta pada kambing yang terinfeksi diisolasi dan diobati secara terpisah.
Cacingan
Penyakit cacingan merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada kambing. Penyakit ini disebabkan oleh parasit internal pada saluran pencernaan kambing. Banyak sekali jenis cacing yang dapat menimbulkan cacingan pada kambing, antara lain Trichuris sp., Oestophagostomum sp., dll. Gejala klinis cacingan, yaitu (1) kambing kurus, lemah, dan lesu; (2) nafsu makan menurun; (3) bulu kasar, kusam dan rontok; (4) perut besar dan kepala agak menunduk; (5) biasanya diare. Pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain kebersihan kandang harus selalu terjaga. Kambing yang terkena cacingan dapat diobati dengan pemberian obat cacing secara teratur. Untuk obat tradisional bisa diberikan buah pinang muda dibelah empat dan dicekokkan ke mulut kambing domba yang terkena cacingan.

Pink Eye
Penyakit ini disebabkan mata kembing terkena benda-benda tajam, misalnya ujung kayu, debu, dan duri atau dapat juga karena parasit. Gejala penyakit ini antara lain (1) mata berair dan kemerahan; (2) selalu menghindar dari sinar matahari; (3) biasanya diikuti pembengkakan di sekitar mata. Pengendalian penyakit yang dapat dilakukan diantaranya adalah menghindari pemberian hijauan yang terdapat duri, pembersihan kandang, dan pemberian salep mata disarankan pada kambing yang menderita pink eye.

Orf atau Dakangan
Penyebabnya adalah kambing terkena rumput yang berbulu atau debu dari konsentrat ketika makan kemudian timbul infeksi. Gejala klinis penyakit ini adalah adanya benjolan dan keropeng hitam pada sekitar mulut. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan program vaksinasi. Pengobatan penyakit ini, yaitu dengan membuat luka baru pada keropeng dan beri preparat iodium dan suntik dengan antibiotik.

Antraks
Penyebab penyakit ini adalah Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan atau minuman, dan dapat juga melalui pernafasan. Kambing yang tertular antraks akan menunjukkan gejala klinis, yaitu (1) demam tinggi, badan lemah, dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin, dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah kehitaman keluar melalui lubang hidung, telinga, mulut, anus, dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Program pengendalian penyakit antraks adalah dengan membakar kambing yang mati.



Scabies
Penyebab penyakit ini adalah ektoparasit, yaitu Sarcoptes scabiei. Gejala klinis yang timbul, antara lain (1) kambing kurus; (2) terdapat bercak merah pada kulit, bersisik dan gatal. Program pengendalian yang biasanya dilakukan, yaitu kebersihan kandang dan ternak selalu terjaga, isolasi bagi hewan yang terinfeksi, pemberian anti parasit seperti Ivomec bagi kambing sakit (terapi) dan kambing yang sehat sebagai imunisasi. Pengobatan tradisional ; mandikan kambing domba dengan menggunakan sabun, kemudian gosok dengan daun gadhung secara merata.

Mastitis
Mastitis merupakan peradangan pada ambing ataupun puting yang sangat sering dijumpai pada ternak kambing perah, penyakit ini sangat merugikan karena dapat mengurangi jumlah produksi susu. Mastitis sering kali diakibatkan oleh infeksi bakteri staphylococcus aureus ataupun karena pemerahan yang kurang sempurna sehingga susu belum habis dalam proses pemerahan. Mastitis dibagi menjadi 2 yaitu klinis dan subklinis, kejadian mastitis subklinis merupakan yang paling sering terjadi di Indonesia karena tidak menimbulkan gejala klinis tetapi hanya menyebabkan penurunan produksi susu. Pengujian mastitis subklinis dapat dilakukan dengan IPB-mastitis test 1. Pengobatan mastitis dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika intra-mammary yang disertai dengan perbaikan proses pemerahan. 

Radang Kuku atau Kuku Busuk
Penyakit ini menyerang kambing yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor. Gejala penyakit ini, yaitu (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) kambing pincang dan akhirnya kambing mengalami kelumpuhan.

Prolapsus Uteri
Penyakit ini diakibatkan karena berbagai macam sebab seperti anak yang terlalu besar, merejan yang terlalu lama dan terlalu lama tidak di bantu oleh tenaga medis serta manajemen pakan yang buruk. Pengobatan yang harus dilakukan dengan mereposisi kembali dan menjahit dengan metode vulva plexa.

Pengendalian
Pengendalian penyakit kambing yang paling baik menjaga kesehatan kambing dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan kambing adalah sebagai berikut:
  • Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan kambing secara berkala,
  • Kambing yang sakit dipisahkan dengan kambing yang sehat dan segera lakukan pengobatan,
  • Mengusahakan lantai kandang selalu bersih dan kering,
  • Memeriksa kesehatan kambing secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.

Pakan Ternak Lengkap


Sebenarnya limbah pertanian dan limbah agroindustri dapat dijadikan alternatif pakan yang murah dan potensial. Hal ini tentunya untuk mengatasi kelangkaan ketersediaan pakan hijauan ternak. Hanya saja diperlukan optimasi kandungan nutrisi pakan ternak tersebut. Teknologi pakan lengkap (complete feed) merupakan salah satu metode-teknik pembuatan pakan ternak yang digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri melalui proses pengolahan dengan perlakuan fisik dan perlakuan suplementasi untuk produksi pakan ternak ruminansia. Proses pengolahannya meliputi pemotongan untuk merubah ukuran partikel bahan, pengeringan, penggilingan/penghancuran, pencampuran antara bahan serat dan konsentrat yang berupa padatan maupun cairan (proses fermentasi), serta pengemasan produk akhir.


PERMASALAHAN

Pada industri ternak ruminansia (sapi, kambing dan domba) masalah yang sering dihadapi para peternak adalah yang berkaitan dengan ketersediaan sumber hijauan, khususnya selama musim kemarau. Tidak jarang untuk mencukupi pakan hijauan para peternak harus menjual ternak lainya untuk biaya membeli hijauan. Kondisi yang lain adalah seringnya terjadi percekcokan/pertengkaran antara penduduk desa karena ternak yang digembalakan merusak tanaman tetangganya. Pencurian rumput dan daun-daun pohon selama musim kemarau sering terjadi di daerah sekitar areal perkebunan atau kehutanan, sehingga kehadiran ternak dirasakan mengganggu kelestarian lingkungan.

Sementara itu potensi limbah pertanian dan limbah agroindustri untuk bahan baku pakan cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar limbah-limbah tersebut digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik dan bahan baku industri dan sebagian besar masih terbuang atau dibakar karena mengganggu lingkungan.

Pakan ternak merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak banyak ditentukan oleh pakan yang diberikan. Kenyataan di lapangan menunjukan masih banyak peternak yang memberikan pakan tanpa memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas dan teknik pemberiannya. Akibatnya produktivitas ternak yang dipelihara tidak optimal, bahkan diantara peternak banyak yang mengalami kerugian akibat pemberian pakan yang kurang tepat. Kelemahan ini sudah lama disadari, namun sayangnya upaya swasembada sapronak utamanya pakan masih belum menggembirakan. Kuncinya terletak pada aspek bahan baku pakan sehingga pemecahannya antara lain melalui upaya swasembada bahan baku pakan dan upaya memperbaiki mutu pakan yang bersumber dari bahan lokal.


ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa sekitar 70% dari produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sedangkan faktor genetik hanya mempengaruhi sekitar 30% saja. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukan bahwa walaupun potensi genetik ternak itu tinggi, tetapi apabila pakan kualitasnya rendah, maka prokduktivitas yang optimal tidak akan tecapai. Di samping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi. Dengan demikian, memproduksi pakan bukan hanya dituntut dalam mencapai aspek kualitas saja, tetapi yang lebih penting adalah memproduksi pakan yang ekonomis, murah, dan terjangkau oleh kemampuan peternak [Siregar, 1994]. Dengan pengembangan sub-sistem agribisnis hulu seperti industri agroinput yang menghasilkan produk pakan ternak merupakan salah satu pendukung dalam pengembangan agribisnis peternakan yang secara langsung akan membantu memecahkan permasalahan para peternak dalam hal pengadaan input produksi.

Pemanfaatan limbah agroindustri di waktu-waktu mendatang akan semakin beragam, tidak hanya untuk digunakan langsung dan ekspor tetapi juga sebagai bahan baku industri pengolahan serta industri pakan ternak. Diversifikasi pemanfaatan produk samping (by-product) yang sering dianggap sebagai limbah (waste product) dari kegiatan agroindustri dan biomas yang berasal dari limbah pertanian menjadi pakan ternak akan mendorong perkembangan usaha agribisnis ternak ruminansia secara integrative dalam suatu system produksi terpadu dengan pola pertanian melalui daur ulang biomas yang ramah lingkungan atau dikenal dengan konsep “zero waste production system”. Salah satu alternatif teknologi yang berorientasi pada konsep “zero waste” adalah pembuatan pakan lengkap (complete feed) dengan memanfaatkan limbah pertanian dan limbah agroindustri sebagai bahan bakunya. 

BAHAN BAKU PAKAN LENGKAP
Beberapa contoh bahan baku pakan lengkap yang digunakan yang berasal dari limbah pertanian dan limbah agroindustri disajikan pada tabel berikut :
No
Limbah Pertanian
Limbah Agroindustri
1
Pucuk tebu
Ampas tebu
2
Daun tebu
Onggok
3
Jerami kedele
Tumpi jagung
4
Jerami kacang tanah
Dedak padi
5
Janggel jagung
Bungkil klenteng
6
Klobot jagung
Bungkil sawit
7
Kulit kopi
Bungkil kopra
8
Bulu unggas
Bungkil kacang tanah
9
Kulit polong kedele
Ampas kecap
10
Kulit telor
Wheat polard
11
Kulit kacang tanah
Empok jagung
12
Kulit biji kedele
Tetes tebu
13
Kulit coklat
Tepung terigu afkir
14
Jerami padi
Ampas tahu
15
Kulit nanas
Ampas pabrik roti

Dari aspek kualitas, jenis limbah pertanian yang potensial adalah jerami tanaman serelia, sedangkan dari aspek produksinya adalah jerami padi, pucuk tebu dan daun tebu. Namun kualitas jerami padi dan jerami tebu tergolong rendah hal ini disebabkan antara lain kandungan lignin dan selulosenya yang tinggi.
Pakan lengkap dibuat dari bahan-bahan limbah pertanian sebagai sumber seratnya seperti daun tebu, kulit kacang tanah, jerami kedele, tongkol jagung, pucuk tebu dan lain-lain. Ditambah limbah agroindustri sebagai sumber energi yaitu polard (limbah gandum), dedak padi, tetes/molasses, onggok (limbah tapioca) dan lain-lain. Bahan-bahan sumber protein seperti bungkil kopra, bungkil sawit, bungkil minyak biji kapuk/randu dan urea. Dilengkapi dengan bahan sumber mineral seperti garam dapur, zeolit, tepung tulang dan lain-lain.


FORMULA PAKAN LENGKAP

Dalam menyusun formula pakan lengkap harus diperhitungkan nutrisi dari masing-masing bahan baku, serta kebutuhan nutrisi ternak. Komposisi nutrisi disesuaikan dengan kebuttuhan zat nutrisi ternak masing-masing misalnya komposisi nutrisi untuk ternak penggemukan akan berbeda dengan komposisi ternak pembibitan atau pembesaran.

Komposisi nutrisi pakan lengkap (complete feed) untuk pembibitan dan penggemukan ternak ruminansia

No
Jenis pakan
KA
BK
PK
SK
KAb
BETN
TDN
1
Pembibitan
12
88
8,4
18
6,8
60,2
64,2
2
Penggemukan
12
88
13,0
18
8,7
51,8
64,4

Sebagai acuan dalam membuat/memformulasikan pakan lengkap untuk ternak ruminansia dapat dilihat komposisi pakan lengkap untuk pembibitan dan penggemukan yang dicantumkan pada tabel di atas.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam memformulasikan pakan lengkap yang dibuat dari limbah pertanian dan limbah agroindustri adalah imbangan antara kandungan serat kasar dan energi. Kontrol kualitas pakan yang paling terpercaya adalah uji biologis langsung ke ternaknya, namun untuk cepatnya dapat ditempuh dengan uji fisik dan kimiawi di laboratorium makanan ternak secara analisisi proksimat.
Contoh :
No
Bahan Pakan
Prosentase
1
Jerami Kedelai
20 %
2
Pucuk tebu
10 %
3
Janggel jagung
10 %
4
Kulit kacang tanah
10 %
5
Ampas tebu
5 %
6
Dedak
5 %
7
Gamblong
15 %
8
Katul halus
15 %
9
Tetes
2,5 %
10
Urea
1 %
11
Kotoran ayam ras
4 %
12
Garam dapur
1 %
13
Tepung Tulang
0,5 %
14
Stimulan probiotik
1 %

Total
100 %

No
Bahan Pakan
Prosentase
1
Gamblong/onggok
20 %
2
Dedak padi
15 %
3
Kulit kopi
5 %
4
Pith (ampas tebu)
8 %
5
Katul halus
10 %
6
Bungkil sawit
12 %
7
Bungkil kelapa
17 %
8
Tetes
7,5 %
9
Garam dapur
0,5 %
10
Konsentrat
5 %

Total
100 %


PROSESING
Teknologi pengolah limbah pertanian dan limbah agroindustri menjadi pakan lengkap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kedua limbah tersebut dengan metode prosesing yang terdiri dari :
  1. Perlakuan pencacahan (chopping) untuk merubah ukuran partikel dan melunakan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien.
  2. Perlakuan pengeringan (dryng) dengan panas sinar matahari atau dengan alat pengeringan untuk menurunkan kadar air bahan.
  3. Proses pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampuran (mixer horizontal) dan perlakuan penggilingan dengan alat giling yang disebut “Hammer Mill” dan terakhir proses pengemasan.

CARA PEMBUATAN
  1. Bahan-bahan sumber serat dipotong-potong dengan alat pemotong (chopper) berukuran kecil (0,2 – 0,4 cm), kemudian dikeringkan dengan menggunakan pemanasan (dryer) sampai dengan kadar air 10 – 12 %
  2. Bahan-bahan sumber serat dan sumber energi serta protein dicampur dalam alat pecampuran/mixer horizontal bersama dengan larutan tetes/molasses sampai merata.
  3. Seluruh bahan-bahan campuran tersebut selanjutnya digiling dengan menggunakan hammer mill dan ditambahkan dengan starter-bioaktivator, garam dapur dan tepung tulang sampai ukuran partikelnya kecil dan tercampur secara merata untuk memperkaya nutrisi pakan ternak. Apabila telah tercampur maka bahan-bahan tersebut dikemas ke dalam karung yang sudah disiapkan dengan ukuran berat sesuai dengan yang diinginkan.
Pembuatan pakan lengkap perlu dilakukan oleh suatu lembaga atau wadah kelompok tani yang selanjutnya mendistribusikan ke anggotanya.
Keunggulan pakan lengkap buatan kelompok tani diantaranya :
  • Harganya lebih murah dengan kuallitas standar karena menggunakan bahan baku lokal.
  • Mudah dalam distribusi karena jarak antara tempat prosesing dengan lokasi peternak lebih dekat.
  • Memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pakan komersial buatan pabrik skala industri besar, karena lebih efisien dalam biaya produksi dan biaya transportasi.
  • Merupakan embrio usaha di bidang agroinput di pedesaan dengan skala komersial yang asetnya dimiliki oleh masyarakat untuk pengembangan dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM).